Label

Rabu, 31 Oktober 2012

kenapa ibu suka menangis?


(foto dari Geogle)

Seorang anak lelaki kecil bertanya kepada ibunya.
“Mengapa Bunda menangis?”
“Karena Bunda butuh menangis,” jawab sang ibu.
“Aku tak mengerti,” ujar si kecil.
Sang ibu memeluk si kecil dan berkata, “Kau tidak akan pernah mengerti.”

Berlarilah si kecil kepada ayahnya.
“Ayah, mengapa Bunda menangis tanpa alasan yang jelas… dan bisa kumengerti?”
“Semua perempuan seperti itu, menangis tanpa alasan,” jawab sang ayah tanpa peduli.

Pergilah si kecil mencari guru mengajinya, masih dalam kebingungan mengapa Bunda menangis tanpa alasan yang jelas.
“Wahai Ustadzah, mengapa ibundaku dan kaumnya begitu mudah menangis?”
Menjawablah sang ustadzah ;

“Ketika Allah menciptakan wanita, maka Dia menciptakan mahluk yang sangat special.
Allah ciptakan mahluk ini lengkap dengan dua bahu yang sangat kuat untuk memikul semua beban dunia, namun dengan lengan yang lembut untuk memeluk anak-anaknya.
Allah karuniai mahluk ini kekuatan batiniah yang luar biasa demi menanggungkan pedihnya melahirkan anak yang kemudian akan meninggalkan dan mengabaikannya.
Allah berikan mahluk ini ketegaran yang memungkinkannya terus bertahan dan berjuang ketika semua orang lain sudah berputus asa, demi merawat seluruh keluarganya di saat sakit dan lelah tanpa mengeluh.
Allah hiasi mahluk ini dengan kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam semua keadaan, bahkan saat si anak menyakiti hatinya.
Allah lengkapi mahluk perempuan ini kekuatan untuk menerima suaminya dengan segala kekurangan dan kelemahannya.
Allah ciptakan mahluk ini dari tulang rusuk laki-laki demi melindungi hati si laki-laki.
Allah karuniai dia kebijaksanaan sehingga mengetahui bahwa seorang suami yang baik tidak pernah menyakiti istrinya, tetapi sering menguji kekuatan dan keteguhan hati si istri dalam mendampinginya.
Akhirnya, Allah karuniai wanita dengan air mata untuk dipakainya setiap saat dia membutuhkannya. Dia tidak memerlukan alasan, penjelasan untuk menggunakannya karena air mata itu adalah miliknya.
Anakku, kecantikan seorang wanita tidak terletak pada pakaian yang dikenakannya, tidak pada wajahnya atau sisiran rambutnya. Kecantikan seorang perempuan ada pada matanya, karena itulah pintu gerbang menuju hatinya – tempat cinta bersemayam.”
Si kecil berlalu dengan membawa jawaban yang disimpannya di dalam hatinya dan tidak pernah lagi dia bertanya kepada ibunya, mengapa Bunda menangis?

Oleh : Nurah Tayeb (Seorang wartawati dari Afrika Selatan yang bekerja untuk Aljazeera.com di Doha, Qatar)

Allah karuniai wanita dengan air mata untuk dipakainya setiap saat dia membutuhkannya. Dia tidak memerlukan alasan, penjelasan untuk menggunakannya karena air mata itu adalah miliknya.
Kecantikan seorang wanita tidak terletak pada pakaian yang dikenakannya, tidak pada wajahnya atau sisiran rambutnya. Kecantikan seorang perempuan ada pada matanya, karena itulah pintu gerbang menuju hatinya – tempat cinta bersemayam.
Dan wanita yang cantik dan baik adalah wanita yg murah maharnya, yg mudah dinikahi dan yg baik pula akhlaqnya.

sumber : http://blog.its.ac.id/syafii

Sabtu, 20 Oktober 2012

Untuk Anak Muda


(gambar dari Geogle)

Berhati-hatilah wahai pemuda.

Kalau bicara soal pemuda, berarti bukan hanya mahasiswa atau pelajar saja, atau istilahnya anak-anak yang berpendidikan. Tapi juga anak-anak yang mungkin sekarang ini sedang minum bir, nelan inex, duduk berduan dengan pacarnya, melek di meja judi, melototin ps, nusukkin badan pakai jarum, bahkan juga ada yang sedang mencoba gantung diri di pohon jengkol atau nunggu kereta lewat untuk menabrakkan dirinya cuma gara-gara putus cinta. Ya, itulah wajah anak muda Indonesia jaman sekarang. Yang berpendidikan belum tentu terdidik, dan yang tidak berpendidikan kadang juga tidak mau dididik.

Alasanya mereka cuma satu; hidupku adalah kebebasanku. Inilah... setiap satu kebebasan akan selalu mendatangkan rasa atau keinginan untuk menuntut dan mendapatkan kebebasan-kebebasan lainnya. Padahal, kebebasan bukanlah hidup semaunya; salah benar ditanggung sendiri. Tetapi, kebebasan adalah hidup tenang, tentram, dan damai dengan adanya satu kepatuhan pada hukum atau keyakinan yang berkesinambungan dengan kemaslahatan bagi dirinya serta sesamanya.

Seperti halnya ketika anak muda yang menatap dunia dengan kebiasaan atau kesukaan dirinya—namun ia merasa ada ketimpangan, maka ia akan merevolusikan dirinya untuk kebebasan yang ia yakini. Yang pikirannya hanya soal cinta, maka ia akan berikan apapun yang ia miliki untuk mendapatkannya, walau harus dengan merampas atau memberikan kesuciannya. Yang pikirannya hanya soal trend dan idolanya, maka ia tidak peduli walau harus terinjak atau bahkan menangis sambil guling-guling hanya untuk meminta belas kasihan agar dapat memegang tangan atau berfoto dengan idolanya. Yang pikirannya tertuju untuk masa depan bangsa, maka ia akan memberikan segenap jiwa raganya demi perjuangan tegaknya Pancasila dan Bineka Tunggal Ika. Akan tetapi, ada satu hal yang kadang ia lupakan.

Bolehlah kita membenci kepemimpinan yang tiada berpihak pada rakyat kecil atau jelata, akan tetapi bukan berarti kita boleh berbuat onar atau brutal—sehingga mengganggu dan meresahkan masyarakat kecil yang hidupnya sudah susah malah semakin dibuat susah. Sebagai contohnya, merusak fasilitas umum, merusak kendaraaan pengguna jalan, menahan kendaraan yang dibawa supir—sebagai tugasnya untuk mengantarkan barang bawaan. Belum lagi dengan empunya yang sudah menanti dan mungkin juga kulinya yang hanya dibayar jika ia bekerja saat itu juga.

Dan satu yang aku tahu serta aku pelajari, setiap anak muda biasanya selalu merasa lebih pintar daripada anak muda yang lainnya. Karena itu, seharusnya setiap anak muda mampu mengambil kesempatan atau peluang yang ada di manapun dirinya berada—untuk menjadikan kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara sebagai lahan amal yang tidak ada putusnya. Tidak selalu dengan bicara lantang di barisan terdepan, tetapi juga bisa dengan duduk di barisan belakang untuk merapikan dan mengindahkan tatanan kehidupan: membuang sampah pada tempatnya, kerja bakti merawat jalan atau fasilitas umum, menyuluh kegiatan keorganisasian yang dapat menampung anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan atau bahkan hanya dengan menuliskan: hati-hati, di sini sedang ada keributan dan tawuran. Hindarilah agar tidak ada perpecahan.