Label

Sabtu, 20 Oktober 2012

Untuk Anak Muda


(gambar dari Geogle)

Berhati-hatilah wahai pemuda.

Kalau bicara soal pemuda, berarti bukan hanya mahasiswa atau pelajar saja, atau istilahnya anak-anak yang berpendidikan. Tapi juga anak-anak yang mungkin sekarang ini sedang minum bir, nelan inex, duduk berduan dengan pacarnya, melek di meja judi, melototin ps, nusukkin badan pakai jarum, bahkan juga ada yang sedang mencoba gantung diri di pohon jengkol atau nunggu kereta lewat untuk menabrakkan dirinya cuma gara-gara putus cinta. Ya, itulah wajah anak muda Indonesia jaman sekarang. Yang berpendidikan belum tentu terdidik, dan yang tidak berpendidikan kadang juga tidak mau dididik.

Alasanya mereka cuma satu; hidupku adalah kebebasanku. Inilah... setiap satu kebebasan akan selalu mendatangkan rasa atau keinginan untuk menuntut dan mendapatkan kebebasan-kebebasan lainnya. Padahal, kebebasan bukanlah hidup semaunya; salah benar ditanggung sendiri. Tetapi, kebebasan adalah hidup tenang, tentram, dan damai dengan adanya satu kepatuhan pada hukum atau keyakinan yang berkesinambungan dengan kemaslahatan bagi dirinya serta sesamanya.

Seperti halnya ketika anak muda yang menatap dunia dengan kebiasaan atau kesukaan dirinya—namun ia merasa ada ketimpangan, maka ia akan merevolusikan dirinya untuk kebebasan yang ia yakini. Yang pikirannya hanya soal cinta, maka ia akan berikan apapun yang ia miliki untuk mendapatkannya, walau harus dengan merampas atau memberikan kesuciannya. Yang pikirannya hanya soal trend dan idolanya, maka ia tidak peduli walau harus terinjak atau bahkan menangis sambil guling-guling hanya untuk meminta belas kasihan agar dapat memegang tangan atau berfoto dengan idolanya. Yang pikirannya tertuju untuk masa depan bangsa, maka ia akan memberikan segenap jiwa raganya demi perjuangan tegaknya Pancasila dan Bineka Tunggal Ika. Akan tetapi, ada satu hal yang kadang ia lupakan.

Bolehlah kita membenci kepemimpinan yang tiada berpihak pada rakyat kecil atau jelata, akan tetapi bukan berarti kita boleh berbuat onar atau brutal—sehingga mengganggu dan meresahkan masyarakat kecil yang hidupnya sudah susah malah semakin dibuat susah. Sebagai contohnya, merusak fasilitas umum, merusak kendaraaan pengguna jalan, menahan kendaraan yang dibawa supir—sebagai tugasnya untuk mengantarkan barang bawaan. Belum lagi dengan empunya yang sudah menanti dan mungkin juga kulinya yang hanya dibayar jika ia bekerja saat itu juga.

Dan satu yang aku tahu serta aku pelajari, setiap anak muda biasanya selalu merasa lebih pintar daripada anak muda yang lainnya. Karena itu, seharusnya setiap anak muda mampu mengambil kesempatan atau peluang yang ada di manapun dirinya berada—untuk menjadikan kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara sebagai lahan amal yang tidak ada putusnya. Tidak selalu dengan bicara lantang di barisan terdepan, tetapi juga bisa dengan duduk di barisan belakang untuk merapikan dan mengindahkan tatanan kehidupan: membuang sampah pada tempatnya, kerja bakti merawat jalan atau fasilitas umum, menyuluh kegiatan keorganisasian yang dapat menampung anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan atau bahkan hanya dengan menuliskan: hati-hati, di sini sedang ada keributan dan tawuran. Hindarilah agar tidak ada perpecahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar