Cermin Hidup
Aku
adalah kamu
Jumpa
setiap waktu
Aku
adalah dia
Tak
lupa saling sapa
Aku
adalah mereka
Bersama
menjalin rasa
Aku
adalah kita
Berjuang
tanpa meluka
Aku
adalah kami
Kisah yang akan abadi
Jakarta, 2009
Untuk
Merdeka
Biar nurani datang mengilhami
Berteriak lantang sepenuh jiwa
Meninju busuknya nafsu kuasa
Merayu lewat hati untuk semua
Pada keras laju merahnya darah
Sebelum berubah menjadi nanah
Serta
membusuk di dalam tanah
Jakarta, 2009
Hilang
Satu persatu hilang
Terbang tanpa sayap
redup bintang dibuai lelap
Bulan merintih di ujung gelap
Satu persatu hilang
Diam di pematang awan
Berdoa meminta kepastian
Sebelum samudera menelan
Satu persatu hilang
Cahaya semoga tersisa
Hadapi ombak yang menerpa
Sepi melarung serta segala derita
Jakarta, 2011
Galau
Sial! Galau ternyata peyakit yang mematikan
Anak muda sibuk menipu harga diri
Menyanyikan derita sepanjang hari
Berani terjun dari gedung yang tinggi
Menangis di jembatan lalu terjun ke kali
Di tali jemuran sangkutkan tubuh sendiri
Sial! Galau pun menyerang negeri ini
Berhasil bertengger di kuris demokrasi
Seragam berpangkat menjadi pembungkus extasi
Rok mini menjadi berita paling terkini
Menutupi kursi dan meja berharga tinggi
Dari perserikatan pahlawan korupsi
Mengetuk palu serahkan pencuri terasi
Sila lagi! Aku pun tak luput diserang galau
Salah apa aku mencintai negeri ini
Jakarta, 2011
10 November
Bukan hanya hari ini
Pahlawan lahir dari rahim ibu pertiwi
Sepanjang detik sebelum mati
Berjuang tanpa peduli diri sendiri
Jakarta, 2011
Merdeka
Merdeka!
Teriakku lantang dalam dada
Kepal tekad tinju busuk nafsu jiwa
Tapi tidak merdeka
Jika hanya kata dan janji manis dalam doa
Tunjukkan munafikku karena tak ada usaha
Merdeka adalah sifat
Membebani diri untuk mereka
Hidup dan mati sama tinggalkan cinta
Jakarta, 2012
Bapak Untuk Kami
kepada bapak-bapak kebangsaan
Kami butuh bapak, bukan sekedar pemimpin
Menyempatkan merawat kami ketika sakit
Mengantarkan kami untuk diperiksa
Menunggui sampai kami sembuh
Kami butuh bapak, bukan sekedar penguasa
Memberi kami makan saat kelaparan
Membagikan bebungkus harapan
Menggapai mimpi masa depan
Kami butuh bapak, bukan sekedar bapak
Menuntum kami untuk senantiasa belajar
Menyelesaikan masalah dengan benar
Dan mengeluh adalah kebodohan
Kami butuh bapak, bukan sekedar suami
Biasa mengiba di pangkuan ibu pertiwi
Mengingkari kibaran janji
Pulang tanpa harga diri
kami butuh bapak, laki-laki yang pemberani
Membebankan diri untuk kemajuan negeri
Menjaga martabat keluarga bangsa
Memakmurkan tanah surga kita
Jakarta, 2012
Kartini
Kartini tak perlu berdan ekstrem
Perut slim berbusana legging
pamer paha juga dada
Kartini seorang wanita
Melahirkan
Membesarkan
Membenarkan
Membimbing
Mengerti hidup dengan cinta
Menjaga seutuhnya
Sesuai kodratnya
seperti bumi yang tak berhenti menumbuhkan padi
Jakarta, 2012
Timur Tengah
Kini yang terjadi mereka mengaku pahlawan dengn seragam dan senjata yang tergenggam. Komando busuk melumuti setiap satu amunisi yang berharga tinggi dari nyawa yang tak bisa dibeli. Taring pelatuk granat serta lebih senjata lebih ganas dari naga dan memangsa mereka yang tak berdosa. Debu menyatu di wajah saudara yang disayat duri angkara dari serakah dan keangkuhannya.
Kini banyak tumbuh bunga. Si kecil terus berlari, lempar batu tanpa sembunyi menerjang peluru. Hadang tentara gila yang tak pernah lepas senjata. Deru angin kabarkan keadaan, dan doa dari segala penjuru dunia.
Jakarta, 2012
Hilang
Satu persatu hilang
Terbang tanpa sayap
redup bintang dibuai lelap
Bulan merintih di ujung gelap
Satu persatu hilang
Diam di pematang awan
Berdoa meminta kepastian
Sebelum samudera menelan
Satu persatu hilang
Cahaya semoga tersisa
Hadapi ombak yang menerpa
Sepi melarung serta segala derita
Jakarta, 2011
Galau
Sial! Galau ternyata peyakit yang mematikan
Anak muda sibuk menipu harga diri
Menyanyikan derita sepanjang hari
Berani terjun dari gedung yang tinggi
Menangis di jembatan lalu terjun ke kali
Di tali jemuran sangkutkan tubuh sendiri
Sial! Galau pun menyerang negeri ini
Berhasil bertengger di kuris demokrasi
Seragam berpangkat menjadi pembungkus extasi
Rok mini menjadi berita paling terkini
Menutupi kursi dan meja berharga tinggi
Dari perserikatan pahlawan korupsi
Mengetuk palu serahkan pencuri terasi
Sila lagi! Aku pun tak luput diserang galau
Salah apa aku mencintai negeri ini
Jakarta, 2011
10 November
Bukan hanya hari ini
Pahlawan lahir dari rahim ibu pertiwi
Sepanjang detik sebelum mati
Berjuang tanpa peduli diri sendiri
Jakarta, 2011
Merdeka
Merdeka!
Teriakku lantang dalam dada
Kepal tekad tinju busuk nafsu jiwa
Tapi tidak merdeka
Jika hanya kata dan janji manis dalam doa
Tunjukkan munafikku karena tak ada usaha
Merdeka adalah sifat
Membebani diri untuk mereka
Hidup dan mati sama tinggalkan cinta
Jakarta, 2012
Bapak Untuk Kami
kepada bapak-bapak kebangsaan
Kami butuh bapak, bukan sekedar pemimpin
Menyempatkan merawat kami ketika sakit
Mengantarkan kami untuk diperiksa
Menunggui sampai kami sembuh
Kami butuh bapak, bukan sekedar penguasa
Memberi kami makan saat kelaparan
Membagikan bebungkus harapan
Menggapai mimpi masa depan
Kami butuh bapak, bukan sekedar bapak
Menuntum kami untuk senantiasa belajar
Menyelesaikan masalah dengan benar
Dan mengeluh adalah kebodohan
Kami butuh bapak, bukan sekedar suami
Biasa mengiba di pangkuan ibu pertiwi
Mengingkari kibaran janji
Pulang tanpa harga diri
kami butuh bapak, laki-laki yang pemberani
Membebankan diri untuk kemajuan negeri
Menjaga martabat keluarga bangsa
Memakmurkan tanah surga kita
Jakarta, 2012
Kartini
Kartini tak perlu berdan ekstrem
Perut slim berbusana legging
pamer paha juga dada
Kartini seorang wanita
Melahirkan
Membesarkan
Membenarkan
Membimbing
Mengerti hidup dengan cinta
Menjaga seutuhnya
Sesuai kodratnya
seperti bumi yang tak berhenti menumbuhkan padi
Jakarta, 2012
Timur Tengah
Kini yang terjadi mereka mengaku pahlawan dengn seragam dan senjata yang tergenggam. Komando busuk melumuti setiap satu amunisi yang berharga tinggi dari nyawa yang tak bisa dibeli. Taring pelatuk granat serta lebih senjata lebih ganas dari naga dan memangsa mereka yang tak berdosa. Debu menyatu di wajah saudara yang disayat duri angkara dari serakah dan keangkuhannya.
Kini banyak tumbuh bunga. Si kecil terus berlari, lempar batu tanpa sembunyi menerjang peluru. Hadang tentara gila yang tak pernah lepas senjata. Deru angin kabarkan keadaan, dan doa dari segala penjuru dunia.
Jakarta, 2012
Hujan Emas
Sekuat tenaga kami
berjalan
Mulai subuh yang masih
perawan
Turun menari bak gayung
belum isi
Jatuh pecah keras suara
kami
Apalah jaga tanah
Merah putih
masih berdarah
Hitam pekat wajah kami
Sejajar merapat dengan
dinding
Harap menjauh hujan batu
Kami murung bersih dalam
senyum
Gapai mimpi belum arti
Jangan
sampai mati dalam berdiri
Hujan emas takkan datang
Biar lumpur telah meluap
Mengubur keping-keping
harap
Hanya
janji yang terkuak
Lalu menyampah di ujung
mata
Membuat luka dan derita
Mungkin semua akan
datang
Andai mau menggali ke dalam
hati
Pesan dari
llahi selalu mengisi
Jakarta, 2012
Aku Kira
untuk yang tidak sekedar di jalanan
Aku kira bukan orang yang terbuang karena kegilaan
Tidak juga menghilang dalam kemajuan pembodohan
Hanya menyingkir dari kepentingan kekejaman
Terus memilih percaya pada kebenaran
Membayar kekecewaan atas hutang ketidakmampuan
Memasungkan perasaan untuk kepedulian
Memperkaya dengan kebersamaan di setiap kesusahan
Tak akan bisa dirayu degan uang dan jabatan
Ucapan sayang juga tak dapat membuat melayang
Bahkan kebencian tak bisa menggoyahkan
Untuk perjuangan diri dan kemerdekaan hati
Selebihnya negeri
Jakarta, 2012
Sekolah
Kursi bersijajar rapi
Papan hanya ada hitam
Sedang ruang ini adalah janji
Bagi ilmu tentang kalam
Banyak yang menagis
Dikuliti harga dirinya
Tanpa isak hanya tragis
Dicuri atas nama jasa
Mahal tak bisa ditawar
Menangis sambil berlalu
Kalah yang tak tahu benar
Hidup selalu butuh malu
Jakarta, 2012
Kita Berbeda
Kita berbeda memang
Atas semua luka-luka
Jauh langit juga mimpi
Namun dekat rasa di hati
Pasti berubah tiap waktu
Cerita tangis pasti berlalu
Lepas terbang tinggi garuda
Lebih indah juga sempurna
Beda bahasa beda suku
Juga budaya serta agama
Tapi sama tanah kita tercinta
Di atas langit kita satu
Buang benci hapus luka
Tiada ragu bunuh dendam
Lalu kita jemput bersama
Satu Nusa satu bangsa*
*Judl lagu nasional
Jakarta, 2012
Rohingya
Tahukah kau jiwa
Enam ribu lebih saudara kita
Dibunuh dengan begitu kejinya
Tak ada pembelaan di sana
Wanita-wanita diperkosa
Anak-anak tak jadi pinak
Pedih mata dunia menatapnya
Tiada layak tempat sementara
Lari usaha untuk selamatkan segala
Namun panas pasir menyemat
Hadiah tembus batas keramat
Tak ada lagi gemuruh ombak
Tuhan...
Berapa lagi jiwa pilihan
Untuk bukti sebuah keagungan
Mencintaimu adalah keterangisan
Adalah mereka yang pergi
Akan menjadi kisah abadi
Bersanding kekasih yang suci
Bersama dalam ruang tinggi
Lalu kami yang di sini
Adadah tiada lupa pada arti
Doa adalah kekuatan kami
Yang jaun dan tak memiliki
"Doa sauadar yang jauh pasti dikabulkan!"
Apakah benar Tuhan?
Jika tak ada yang mengerti
Sebesar kekuata hati
Yang Engkau isi cinta sejati
Hanya air bening mengalir
Dari mata yang menatap jauh
Tersesat di kedalaman hati
Semoga binasa yang Engkau benci
Jakarta, 2012
Aku Kira
untuk yang tidak sekedar di jalanan
Aku kira bukan orang yang terbuang karena kegilaan
Tidak juga menghilang dalam kemajuan pembodohan
Hanya menyingkir dari kepentingan kekejaman
Terus memilih percaya pada kebenaran
Membayar kekecewaan atas hutang ketidakmampuan
Memasungkan perasaan untuk kepedulian
Memperkaya dengan kebersamaan di setiap kesusahan
Tak akan bisa dirayu degan uang dan jabatan
Ucapan sayang juga tak dapat membuat melayang
Bahkan kebencian tak bisa menggoyahkan
Untuk perjuangan diri dan kemerdekaan hati
Selebihnya negeri
Jakarta, 2012
Sekolah
Kursi bersijajar rapi
Papan hanya ada hitam
Sedang ruang ini adalah janji
Bagi ilmu tentang kalam
Banyak yang menagis
Dikuliti harga dirinya
Tanpa isak hanya tragis
Dicuri atas nama jasa
Mahal tak bisa ditawar
Menangis sambil berlalu
Kalah yang tak tahu benar
Hidup selalu butuh malu
Jakarta, 2012
Kita Berbeda
Kita berbeda memang
Atas semua luka-luka
Jauh langit juga mimpi
Namun dekat rasa di hati
Pasti berubah tiap waktu
Cerita tangis pasti berlalu
Lepas terbang tinggi garuda
Lebih indah juga sempurna
Beda bahasa beda suku
Juga budaya serta agama
Tapi sama tanah kita tercinta
Di atas langit kita satu
Buang benci hapus luka
Tiada ragu bunuh dendam
Lalu kita jemput bersama
Satu Nusa satu bangsa*
*Judl lagu nasional
Jakarta, 2012
Rohingya
Tahukah kau jiwa
Enam ribu lebih saudara kita
Dibunuh dengan begitu kejinya
Tak ada pembelaan di sana
Wanita-wanita diperkosa
Anak-anak tak jadi pinak
Pedih mata dunia menatapnya
Tiada layak tempat sementara
Lari usaha untuk selamatkan segala
Namun panas pasir menyemat
Hadiah tembus batas keramat
Tak ada lagi gemuruh ombak
Tuhan...
Berapa lagi jiwa pilihan
Untuk bukti sebuah keagungan
Mencintaimu adalah keterangisan
Adalah mereka yang pergi
Akan menjadi kisah abadi
Bersanding kekasih yang suci
Bersama dalam ruang tinggi
Lalu kami yang di sini
Adadah tiada lupa pada arti
Doa adalah kekuatan kami
Yang jaun dan tak memiliki
"Doa sauadar yang jauh pasti dikabulkan!"
Apakah benar Tuhan?
Jika tak ada yang mengerti
Sebesar kekuata hati
Yang Engkau isi cinta sejati
Hanya air bening mengalir
Dari mata yang menatap jauh
Tersesat di kedalaman hati
Semoga binasa yang Engkau benci
Jakarta, 2012
Yang Ditiadakan Perubahan Zaman
Untuk Bapak Kami, Mohammad Hatta
Cukup
jauh kami berjalan, dari masa ke masa
Arah
tujuan semakin samar oleh kemajuan yang tiada benar
Baik
hanya untuk telinga saja, selebihnya
tawa yang berkembang
Dan
jutaan bulir air mata
menjadi warna yang nyata bagi samudera
Kami
yang dipasung rindu dan dijajah mimpi
Berduyun duyun
dari sawah dan ladang
Berjuang
membebaskan diri dari kerakusan dan keserakahan
Kami
kehilangan pemimpin yang sederhana dan bijaksana
Di
mana kami bisa menemukannya?
Engkau
telah ditiadakan perubahan zaman
Diganti
dengan kebebasan dan kebodohan
Di
televisi sejarahmu ditelan bisingnya musik dan komedi
Di
buku wajahmu diganti dengan kisah ciuman mesra dua sejoli
Di
podium suaramu diganti dengan ceramah janji dan obral koalisi
Di
majelis pemikiranmu dihapus dengan undang-undang
berkompetensi penuh sangsi
Di
negeri ini orang orang
sepertimu telah lama mati
Lahir pun entah kemana, kalah dan diasingkan dengan selimut fitnah
Kawat kawat
berduri sejajar memotong mimpi kami
Oh
engkau bapak kami:
Mohammad Hatta.
Yang
terlupakan dan ditiadakan sejarah baru yang tiada punyai arti
Ditinggalkan
makna sumpah janji dan kejujuran tinggi dari kepemimpinan negeri ini
Di
hati kami masih ada ruang yang tak akan terganti
Bagi
yang sadar dan paham makna demokrasi
Baik
sistem pemerintahan yang pasti, di mana rakyat turut berpartisipasi
Mewujudkan
mimpi serta arah bangsa yang telah tenggelam
di jurang kenistaan
Persamaan
hak dan kewajiban adalah utama
Terlebih
perlakuan untuk kami; masyarakat yang rindu jiwa pahlawan sejati
Jakarta, 2012
Hari Bahagia
Di hari ini katanya harus bahagia
Setiap rumah wajib mengibarkan bendera
Sebagai rasa hormat kepada pahlawan
Di lapangan katanya ada upacara bendera
Anak sekolah wajib mengikutinya
Salah satu cara belajar menjadi pejuang
Di mana-mana katanya ada
banyak lomba
Setiap orang bersemangat mengikutinya
Sebagai rasa syukur dengan membagikan hadiah
Di penjara juga banyak yang berbahagia
Banyak narapidana mendapatkan remisi
Hadiah langka walau telah korupsi
Di atas meja semua terencana
Setiap pengumpat dapatkan bahagiannya
Penghiatan yang dipimpin penguasa
Di dalam kuburnya para pahlawan tertawa
Setiap malaikat melebarkan sayapnya
Mengadukan segala iba
Pada Tuhan malaikat bertanya:
“Kapan hari merdeka benar nyata?”
Malaikat kembali dengan air mata
Mengibarkan
segala dan berkata
“Bukan
hari ini.”
Pahlawan pun menangis seketika
Jakarta,
2012
Untuk Langit Yang Sama
Tak
perlu bertanya siapa dan apa itu penjajah
Tidakkah
merasa bahwa kita bukan hanya dijajah?
Tapi
juga penjajah?
Lihat
saja hati
Benarkah
sudah penuh nilai arti
Berbagi
dan menghormati sesiapa
Tak
perlu bertanya dari mana dan
Apa punya agama
Tanyakan saja pada langit:
Putih dan merah untuk siapa?
Biru—hitam—jingga pun tercipta
Bukankah untuk kita?
Kalau tiada rupa langit ini
Apa
malaikat enggan turun bersama
Atau barangkali setan yang bersemayam
Di kepala juga belum pergi
Jangan pernah meludahi tanah suci
Tempat terpendamnya sejuta titah
Bukan terpendamnya pejuang
Atau tulang-belulang
para bangsawan
Juga bangkai perompak kedamaian
Tak perlu darah biru
Pengemis pun punya kisah kemampuan
Sama berharap di kolong langit
Membelah malam gulita dan
Bersandar di tiang menyangga
cinta
Tak perlu lihat langkah
Bayang sama datang dari cahaya
Kapan kita ikuti dan hapus nafsu
Mari buka saja lembaran hati
Ciptakan perahu menyusuri rindu
Sepanjang pantai terbentang
mimpi
Darat bersambung rekatkan janji
Di bawah langit kita cari
Wujudkan
semua untuk
Indonesia Raya
Jakarta,
2012
September
Tahun Lalu
Waktu dan senjata semakin jelas sama
Detik berdetak menghantui seisi jiwa
Wajah bergambar memikul ketakutan
Manusia menjadi bukan manusia
Terbunuh jiwa dan pikiranya
Nurani terpasung oleh nafsu
Merah darah melukiskan tanah tercinta
Mata air mengalir pada nafas cinta
Menyapu jejak gerak langkah dusta
Jauh september tahun yang lalu
Membekas pada daun ingatan
Kala selongsong peluru menahan doa
Kala tajamnya besi merampas asa
Meneteskan darah di waktu itu
Jutaan orang berkumpul bergerak memecah langit
Mengukir cahaya pada kepingan persaudaraan
Mengantarkan pada pintu cinta
Berharap awan merah temani putihnya cahaya
Tapi september masih datang
Berbeda jiwa dan cinta
Harap nafas cinta tetap menyala
Membawa perubahan
pada tanah air yang tercinta
Jakarta, 2012
Kami Dari
Gunung
Kami
yang hidup di gunung-gunung
Terbang
dibawa angin bercabang
Setelah
diukur berapa ruas batang
Sampailah
berita kepada penebang
Kami
yang hidup di gunung-gunung
Tidak
puas dikupas bayang-bayang
Jika
datang tanah kering kerontang
Tidak
suka hanya dipanggil sayang
Kami
yang datang dari gunung-gunung
Jangan
pernah engkau coba hadang
Tidaklah kami pergi hendak berperang
Kami hanya ingin antarkan ribuan layang
Engkaulah
si penanggung
Pantas
memang digulung
Dan
engkaulah si penebang
Yang merebut kami punya calung
Jakarta,
2012
Sudah nasib
Kita dipegang haluan nasib
Siapa punya uang itulah raja
Hukum dimakan sesukanya
Penjara dibuat parkir mobilnya
Kita dinaikkan ke bahtera
Dijungkirbalikkan gelombang
Siapa punya uang itulah raja
Samudera dibuat ladang bunganya
Kita diterbangkan dengan pesawat
Dijatuhkan di bawah gunung
Siapa punya kuasa itulah dewa
Berkedip sekali semua tunduk padanya
Jakarta, 2012
Kita Orang Indonesia
Kita adalah sepasang sayap
Bersatu pada sebuah harap
Jauh dekat tetap saling hadap
Kita adalah sepasang kaki
Berjalan kita sepanjang hari
Jatuh bangun tembus peri
Kita adalah orang Indonesia
Tak perlu mencari nafkah ke lain negara
Di sini kita bisa saling bagi makan bersama
Sebab tak bisa kujalani sendiri
Maka ijinkanlah lubawa kau berlari
Temui segala lain dari negeri ini
Mari lihat bawah jembatan
Tepi sungai jangan dilewatkan
Juga yang di emper pertokoan
Jika kau rasa bosan
Apalagi memang tak sejalan
Siap kuterluka saat dilupakan
Jakarta, 2012
Anak Buruh
Anak buruh menangis sedih
Meratap di bawah kaki tirani
Keringat hilang dan kering air matanya
Sementara kita sibuk tertawa
Pesangon ayahnya tak mencukupi
Seakan tak berarti jerihnya
Wangi semangat mati bersama mimpi
Sementara kita asyik tersenyum
Anak buruh berdarah
Putus sekolah dan dicuri masa depannya
Terkutuklah sesiapa saja
Yang menari di atas deritanya
Anak ini mengis sedih
Menuntut dalam berat neraca
Pisau nasib potong lidahnya
Jakarta, 2012
Bukan Sampah
Dua anak dalam gerobak
Laki-laki tua menarik
Perempuan tuamendorong
Aku kejar dengan penuh tanya
Jawab jadi air mata
Kampung jauh tanpa saudara
Harta anak tiga
Kota gagah adalah luka
Sampah jadi nasi
Sekolah musti putus satu
Ganti baju kalah malu
Emper toko taman dunia
Jalan hidup memang gila
Bekasi, 2012
Sejak Lama
Sudah nasib
Kita dipegang haluan nasib
Siapa punya uang itulah raja
Hukum dimakan sesukanya
Penjara dibuat parkir mobilnya
Kita dinaikkan ke bahtera
Dijungkirbalikkan gelombang
Siapa punya uang itulah raja
Samudera dibuat ladang bunganya
Kita diterbangkan dengan pesawat
Dijatuhkan di bawah gunung
Siapa punya kuasa itulah dewa
Berkedip sekali semua tunduk padanya
Jakarta, 2012
Kita Orang Indonesia
Kita adalah sepasang sayap
Bersatu pada sebuah harap
Jauh dekat tetap saling hadap
Kita adalah sepasang kaki
Berjalan kita sepanjang hari
Jatuh bangun tembus peri
Kita adalah orang Indonesia
Tak perlu mencari nafkah ke lain negara
Di sini kita bisa saling bagi makan bersama
Sebab tak bisa kujalani sendiri
Maka ijinkanlah lubawa kau berlari
Temui segala lain dari negeri ini
Mari lihat bawah jembatan
Tepi sungai jangan dilewatkan
Juga yang di emper pertokoan
Jika kau rasa bosan
Apalagi memang tak sejalan
Siap kuterluka saat dilupakan
Jakarta, 2012
Anak Buruh
Anak buruh menangis sedih
Meratap di bawah kaki tirani
Keringat hilang dan kering air matanya
Sementara kita sibuk tertawa
Pesangon ayahnya tak mencukupi
Seakan tak berarti jerihnya
Wangi semangat mati bersama mimpi
Sementara kita asyik tersenyum
Anak buruh berdarah
Putus sekolah dan dicuri masa depannya
Terkutuklah sesiapa saja
Yang menari di atas deritanya
Anak ini mengis sedih
Menuntut dalam berat neraca
Pisau nasib potong lidahnya
Jakarta, 2012
Bukan Sampah
Dua anak dalam gerobak
Laki-laki tua menarik
Perempuan tuamendorong
Aku kejar dengan penuh tanya
Jawab jadi air mata
Kampung jauh tanpa saudara
Harta anak tiga
Kota gagah adalah luka
Sampah jadi nasi
Sekolah musti putus satu
Ganti baju kalah malu
Emper toko taman dunia
Jalan hidup memang gila
Bekasi, 2012
Sejak Lama
Ini kampung tempat tangis awalku pada tengah malam
Tak tahu bagaimana kini kuharus menghapus jerit
Hati terpaut tanpa tahu apa laku tubuh yang mampu
Kembalikan tawa dan bahagia menatap embun malam
Dinikmati gelap menelan suka menggunungkan cita
Pada kertas dari wajah-wajah yang telah ditelan waktu
Tak ada lagi guna siapa keturunan siapa
Tapi apa untuk siapa lalu apa manfaatnya
Kuatkah?
Ditelan melarat
memasuki jerat piutang pun aku tak mau
Hanya tangan sejauh mana merangkai bunga dalam taman
Mimpi dan bulan melawan terik menautkan tawar luka
Dibakar dilempar ke dalam jalan yang bertepian mata
Oh tanahku, lahir aku di atas cawan harapan
Mendaki pikir melewati hamparan pasir perasaan
Debu berterbangan milik siapa tak kukenal dan berpura-pura
Oh biar, aku ditawan sayap yang berkembang
Dibawa ke tinggi tanpa lupa ngarai sepanjang gunung
Temukan makna atas tarian dari sepasang sayap
Mati di sini dikubur pedih yang tak terasa
Hanya tangan sejauh mana merangkai bunga dalam taman
Mimpi dan bulan melawan terik menautkan tawar luka
Dibakar dilempar ke dalam jalan yang bertepian mata
Oh tanahku, lahir aku di atas cawan harapan
Mendaki pikir melewati hamparan pasir perasaan
Debu berterbangan milik siapa tak kukenal dan berpura-pura
Oh biar, aku ditawan sayap yang berkembang
Dibawa ke tinggi tanpa lupa ngarai sepanjang gunung
Temukan makna atas tarian dari sepasang sayap
Mati di sini dikubur pedih yang tak terasa
Banjarnegara,
2012
Gunung Sari
Priayi lahir di sini. Juga kiai!
Raja si pendiri
Muda mudi jadi bestari
Tua tinggal pun menari
Lahirku juga disini
Cerita indah mengalir darah
Perjuangan merajah ari
Cipta karya tinggi jadi mimpi
Lebih dari ini:
Jiwa-jiwa suci
Bernyanyi dimalam sunyi
Basah embun dalam hati
Sublim!
Banjarnegara,
2012
Dalam Bus Ekonomi
Sawah
bukan
Lantai
becek sebab hujan
Ramai
orang mendongeng libur
Temu
saudara main bersama
Di
sawah atau di lereng gunung
Jernih
sungai mandi pun jadi
Anak-anak
tersenyum senang
Belum
sampai depan kaca tawarkan luka
Gerah
dan keringat usir nikmat
Mulut
supir bak kereta
Asap
dan suara sama tinggi
Kernet
masih sibuk cari mangsa
Siapa
masuk berdiri bisa
Bukan
apa urusan peduli
Salah
sendiri masuk Jakarta
Pulang
demi keluarga rela hati
Tanpa
uang mana bisa dunia dibeli!
Bekasi, 2013
BKT Pukul 5 Sore
kepada pengendara sepeda motor
Telah dibaca
Terpampang tinggi
Papan tancap berhati
Tapi masih kau tak peduli
Sudah lama didengar
Tentu tahu sudah dipagar
Untuk sepeda juga lari pagi
Tapi roda motormu terus meggila;
Rusaklah taman tepi jalan ini!
Jakarta, 2013
BKT Pukul 5 Sore
kepada pengendara sepeda motor
Telah dibaca
Terpampang tinggi
Papan tancap berhati
Tapi masih kau tak peduli
Sudah lama didengar
Tentu tahu sudah dipagar
Untuk sepeda juga lari pagi
Tapi roda motormu terus meggila;
Rusaklah taman tepi jalan ini!
Jakarta, 2013