Label

Senin, 17 Juni 2013

Futsal Bisa Menjaga Silaturahmi

Rindu telah menjadi adat bagi seorang perantau. Meski sama-sama merantau di Jakarta tapi aku sangat rindu dengan teman-teman sekampungku. Apalagi aku tidak memiliki sepeda motor, sehingga aku tidak bisa datang ke tempat mereka secera bergilir, kapan saja. Malam hari saat selesai kerja atau siang hari jika sedang libur kerja. Sayangnya, kerjaku tidak punya hari pasti libur seperti hari Minggu atau tanggal merah (libur nasional). Ini sudah menjadi perjanjian antara aku dengan majikanku saat sebelum aku mulai masuk kerja. Bahkan setiap hari libur tanggal 1 Januari pada tahun baru aku selalu tidak bisa libur, aku harus mengalah dengan pembantu. Aku baru bisa libur tanggal dua, sehingga aku selalu kehilangan momen kebahagian bersama teman-temanku yang mengadakan kegiaatan atau sebuah pertemuan di salah satu tempat temanku tinggal atau di tempat wisata.

Aku menjadi tukang kebun menggantikan temanku. Meski disebut tukang kebun, tetapi menjaga rumah majikan juga salah satu tugas utamaku. Sehingga keluar malam tidak boleh lewat pukul sepuluh, jadi tidak bisa menginap saat main ke kontrakan teman. Kalau yang jaraknya jauh, sudah pasti tidak akan cukup waktu untuk perjalanan, main (silaturahmi), dan kembali pulang ke tempatku. Kalau pun dapat ijin libur, tetap saja tugas pagi harus dikerjakan. Dari mencuci mobil, menyiram taman, juga menyapu dan mengepel rumah. Intinya waktu libur hanya sebentar. Habis di perjalanan, menunggu angkutan umum dan pasti terjebak macet.

Aku masih ingat, kebanyakan teman-temanku punya hobi bersepak bola. Suatu hari aku pernah mengundang mereka untuk melawan tim temanku yang lain desa dan tinggalnya dekat dengan rumah majikanku. Aku bergabung—belajar bersamanya setiap Minggu sore pukul lima. Teman-teman sekampungku pun datang. Aku belajar dari sini, aku mencari tempat futsal yang dekat dengan tempatku bekerja. Alhamdulillah ada. Aku langsung menyewa satu jam untuk Minggu malam, pukul delapan sampai pukul sembilan. Aku memilih Minggu malam karena pada hari Minggu pasti teman-teman sekampungku libur, tidak begitu lelah karena pulang kerja seperti hari lainnya. Selain bermain futsal pasti aku akan mendapatkan berita atau kabar lainya yang tidak aku tahu karena kehilangan kontak. Aku langsung mengabari mereka, satu persatu, juga menyuruh mereka untuk mengabari teman yang lainnya.

Pada awalnya hanya bererapa orang saja yang mau datang. Sampai-sampai mereka (yang datang dan ikut bermain futsal) menjadi ogah-ogahan. Apalagi jatuhnya iuran sewa lapangan menjadi berat. Tapi karena ada yang tidak apatis, mau dan mengerti apa maksudku menyewa lapangan futsal, melakukan kegiatan yang bisa mendekatkan dan menyatukan—seperti tujuan dalam pertandingan futsal—kerjasama tim. Bahkan lebih dari itu. Setiap teman yang datang dari tempat yang berbeda selalu membawa kabar berita atau informasi yang berbeda pula. Seperti kabar adanya lowongan kerja. Bercanda sudah pasti. Tertawa mendengar kejadian-kejadian lucu yang belum pernah didengar sebelumnya, mengingat cerita masa kecil atau semasa bersama di kampung.

Aku, selaku penggagas, maka aku harus siap jika iuran sewa lapangan. Ini bukan resiko, melainkan pengorbanan. Dan akhirnya, semua itu benar-benar terwujud. Aku sangat bahagia, walau terkadang semua teman-teman sekampungku tidak bisa datang semua bersamaan. Aku juga tahu kalau mereka juga punya kepentingan atau kegiatan lainnya. Walau Minggu malam sekarang datang, kemudian Minggu malam selanjutnya tidak, atau bahkan sampai dua-tiga kali, tetapi setidaknya masih ada kontak langsung selain lewat telepon dan media sosial. Dengan futsal silaturahmi tetap terjaga.

2 komentar: